Salim maula Abu Hudzaifah : Dari Hina menjadi Mulia !

Seorang budak muslim keturunan Persia hidup di masa Rasulullah SAW, mengabdi pada keluarga Abu Hudzaifah.  Perbudakan pada masa itu adalah warisan sistem jahiliyah yang begitu mendarah daging dalam kehidupan masyarakatnya. Manusia yang sejatinya mulia tiba-tiba teronggok seolah-olah menjadi barang dagangan yang bisa dijual kapan saja sesuka hati. Tak ada kemuliaan yang tersisa.

Budak itu bernama Salim, dikemudian hari ia dimerdekakan oleh Abu Hudzaifah sehingga sering dikenal dengan Salim maula abi hudzaifah. Setelah merdeka, ia tidak puas begitu saja. Salim segera membenahi kekurangannya selama ini, maka ia segera mempelajari Al-Quran, membaguskan bacaannya dan memperbanyak hafalannya.

Kesungguhan Salim mencari ilmu segera berbuah. Dulu ia adalah budak yang benar-benar diremehkan harga dirinya. Ilmunya tentang Al-Quran telah memuliakan dirinya. Sebelum Rasulullah SAW sampai di Madinah pada peristiwa hijrah, Salim menjadi imam dari para sahabat di Masjid Quba. Hal ini karena ia mempunyai hafalan Al-Quran yang lebih banyak dari yang lainnya, bahkan dari seorang Umar bin Khotob sekalipun. Lebih dari itu, Rasulullah SAW pun memerintahkan para sahabat untuk mengambil bacaan al-Quran dari 4 orang, salah satunya adalah Salim maula Abu Hudzaifah.

Bukan itu saja, Salim yang notabene adalah mantan budak ternyata dicalonkan menjadi Khalifah oleh Umar bin Khotob ! Sebuah jabatan yang diyakini oleh semua muslim membutuhkan syarat-syarat yang berat dan mulia ! Umar bin Khotob dengan lugas mengatakan di akhir masa kepemimpinannya :  Seandainya satu dari dua orang ini masih hidup, niscaya aku akan tenang jika kekhalifahan ini diserahkan kepadanya ; mereka adalah Salim maula Abu Hudzaifah dan Abu Ubaidah Al-Jarroh !

Kemuliaan Salim berlanjut hingga akhir hayatnya di kancah jihad fi sabilillah. Adakah kematian yang lebih mulia dari syahadah ? Dalam perang Yamamah, Salim dipercayakan memegang panji kebesaran pasukan muslimin. Dalam sebuah riwayat diceritakan, saat pasukan muslim terdesak dan mulai terpecah-pecah, Salim berseru lantang : " Bukan seperti ini kita dahulu berperang bersama Rasulullah SAW! ". Serta merta  ia menggali lobang kecil dan memasukkan kedua kaki ke dalamnya agar tidak ikut berlari bersama yang lainnya. Maka kemudian ia terus berperang mempertahankan panji kaum muslimin dengan segenap tenaganya. Ketika tangan kanannya terputus akibat tebasan musuh, segera tangan kirinya menyambar panji yang hampir terjatuh menyentuh tanah. Tak lama kemudian tangan kirinya pun dibabat lawan dan segera ia memeluk panji dengan tubuhnya yang tersisa. Ia terus berperang mempertahankan panji itu hingga syahadah menjemputnya. Tubuhnya jatuh tersungkur ke bumi, namun arwahnya membumbung tinggi ke langit sana. Perjuangannya baru saja usai, berganti kebahagian sejati disisi tuhannya. Hidup mulia dan mati mulia.

Apa yang membuat sang mantan budak ini merubah kehidupannya dari kehinaan menjadi bertebar kemuliaan ? Apakah yang membuat seorang mantan budak dipercaya menjadi imam sholat di depan para sahabat yang mulia ? Bahkan Rasulullah SAW merekomendasikan namanya untuk menjadi guru Al-Quran bagi seluruh sahabat bahkan umatnya ? Apa juga yang membuat seorang Umar bin Khotob mengaguminya dan meyakini kemampuannya menjadi khalifah ?

Barangkali jawaban yang paling realistis adalah karena ilmu yang ia punya. Kemuliaan segera bersanding pada dirinya ketika ia bertekad untuk mempelajari al-Quran yang mulia, mempelajari bacaannya dan juga menghafalnya. Ilmu telah mengubah Salim sang mantan budak itu menjadi begitu mulia. Mulia melebihi sahabat lainnya para pembesar kaumnya.

Contoh di atas baru satu cerita. Saya percaya, disekitar kita banyak orang yang terangkat kemuliannya karena ilmunya. Orang miskin menjadi disegani, dihormati, karena ilmu yang diraihnya. Wong ndeso  yang senantiasa terpuruk menjadi diperhitungkan karena ilmu yang dikuasainya. Bahkan orang cacat – maaf , yang awalnya sering diremehkan, dijauhi atau justru dikasihani menjadi dihormati, disegani, bahkan ditakuti. Asy-Syaikh Dr. Sulaiman Karom, dosen sekaligus Ketua Jurusan Syariah di kampus tempat saya belajar di Sudan, adalah seorang dengan kaki yang cacat hingga mengharuskan beliau harus berjalan dari kelas ke kelas dengan tongkat penyangga. Saya yakin, semua mahasiswa pasti mengagumi dan memuliakannya. Tidak pernah terbersit dalam hati mereka untuk meremehkan, kasihan, apalagi menjauhinya. Ilmunya yang begitu luas telah memuliakannya di hadapan kami para mahasiswanya. Menghormati dan mencintainya dengan tulus tanpa pamrih apapun.
Itu semua adalah contoh di dunia, di akhirat tentu mereka jauh lebih mulia. Lebih dari yang kita kira !
Sabtu, 26 Desember 2009
Posted by Hatta Syamsuddin
Tag :

Mengelola Keberanian ala Al-Faaruq

Kegelisahan melanda sebagian besar pemuka Quraiys. Gurat wajah mereka mengeras penuh beban. Kabar angin bahwa beberapa penduduk Yatsrib telah masuk Islam dan siap menampung kaum muslimin membuat mereka tak bisa lagi terlelap. Belum lagi saat Rasulullah SAW benar-benar menyuruh kaum muslimin untuk berhijrah ke negeri impian itu, mereka pun meningkatkan siksaan pada kaum muslimin yang tersisa di tanah suci. Berbondong-bondong, pelan namun pasti, kaum muslimin berhijrah dari Mekah ke Yatsrib dengan sembunyi-sembunyi. Dan pasukan Quraiys pun semakin meningkatkan penjagaan batas kotanya.

Kegelisahan itu tak terbendung lagi saat Umar bin Khottob mendeklarasikan niatnya untuk berhijrah.  Pemuda pemberani itu membawa pedang yang siap dihunuskan setiap saat, lalu sholat dan thawaf sejenak di Baitullah, sementara seluruh mata Quraisy tajam tertuju pada sosok tinggi besar itu. Usai thowaf, Umar naik ke atas bukit memandang sekeliling dengan pandangan yang teguh nan angkuh. Ia berseru lantang menciutkan hati kafir Quraisy. Ucapannya yang begitu tegas terpampang dalam sejarah orang-orang pemberani : “ Barang siapa yang menginginkan istrinya menjadi janda, atau anaknya menjadi yatim, maka temui aku dibalik bukit ini !!! “.  Ucapan yang tajam bak pedang terhunus. Menginjak-nginjak kesombongan dan harga diri kafir Qurays. Tidak pernah terlintas dalam pikiran mereka, bahwa sosok Umar kini benar-benar menantang keberanian mereka.


Pemuda itu tidak sedang bercanda dengan ucapannya. Ia tidak menantang dengan sembarang ucapan. Ia tidak memberi peluang kemenangan. Ia tidak menantang pada posisi lemah bahkan tidak pula seimbang. Ia menantang dalam posisi kemenangan ! Karenanya ia memilih kalimat yang tajam : “Barang siapa yang menginginkan istrinya menjadi janda, atau anaknya menjadi yatim ….. “. Habis sudah kesombongan yang sempat terpatri dalam barisan Qurays. Mereka bagaikan kerbau dicocok hidung. Tak ada respon, tak ada kemarahan. Bahkan wajah merekapun seolah tertunduk kalah. Dan Umar bin Khottob pun melenggang tenang ke Madinah. Allahu Akbar !

Jangan tergesa menuduh Umar bin Khotob nekad setengah mati. Jangan pula terburu berlebihan memuji bahwa ia super pemberani tanpa strategi. Tidak, sekali-kali tidak. Yang sedang dilakukan oleh Umar adalah mengelola potensi keberanian dengan cerdas. Ia sedang berstrategi dengan mengukur kemampuan dan potensi diri. Ia tahu persis kapan harus melakukan serangan ‘psyco war’ yang tajam menghujam, sebagaimana ia juga tahu kapan saat harus mundur teratur mengganti strategi.  Inilah yang dilakukan Umar di medan Hudaibiyah. Saat seribuan lebih pasukan muslim di Madinah hendak menunaikan umroh di tanah suci, kafir Quraisy pun bersegera mengancam untuk menahan mereka mati-matian.  Lalu Rasulullah SAW pun meminta Umar untuk menjadi utusan resmi, melobi pihak Quraiys agar membuka pintu Mekkah bagi kaum muslimin yang akan umroh. Tapi kali ini Umar menolak dengan halus permintaan Rasulullah SAW yang sangat dihormatinya. Umar ra merekomendasikan Utsman bin Affan agar menjadi utusan berikutnya.

Ada apa dengan Umar ? Kemana keberaniannya saat Hijrah seorang diri menantang seluruh penduduk Qurays ? Apakah keberaniannya mati suri setelah beberapa tahun menikmati kenyamanan ‘ Madinah” ?.  Tidak, sekali-kali tidak. Kali ini Umar ra pun sedang memainkan strateginya. Ia cerdas mengelola keberanian. Ia tidak sedang takut dan bahkan tidak pernah terbersit dalam hatinya rasa takut itu. Bagaimana ia bisa takut, sedangkan Rasulullah SAW saja menggambarkan sosok Umar sebagai satu-satunya manusia yang Jin pun enggan dan jengah berpapasan dengannya ? Lalu apa yang dimaksudkan Umar dengan penolakannya itu ?

Yang terjadi sesungguhnya adalah sebuah strategi. Keberanian Al-Faaruuq itu tetap utuh pada tempatnya. Tidak berkurang sedikitpun dalam dadanya. Ia mundur sejenak karena sebuah strategi. Ia selalu cerdas mengelola keberanian yang ia miliki. Mengapa Umar menolak menjadi utusan Rasulullah SAW dan justru merekomendasikan nama Utsman bin Affan ? Kecerdasan Umar dalam mengelola keberanian bisa kita lihat dalam beberapa hal berikut ini.

Pertama : Umar sadar dengan potensi dirinya. Ia bukanlah tipe negosiator yang baik. Ia seorang yang tegas dan tak terlampau suka berdialog dengan penentang keberanan. Jika ia menjadi utusan, maka ia takut akan merusak agenda damai Rasulullah SAW yang datang ke Mekkah untuk sebuah tujuan ibadah yang begitu mulia. Jadi pada titik ini, ia merasa bukan orang tepat untuk membawa pesan kedamaian !

Kedua : Umar bin Khottob lebih merekomendasikan Utsman, karena Umar tahu persis bahwa Utsman lebih handal dalam kemampuan lobby dan agitasi. Bukan itu saja, Umar juga tahu bahwa Utsman masih mempunyai kaki yang kokoh di Mekkah, keluarganya masih tersebar banyak di tanah mulia itu. Mereka adalah jaminan tidak langsung bagi keselamatan Utsman saat memasuki wilayah Quraisy. Berbeda dengan Umar bin Khottob dari Bani ‘Adi, yang mempunyai akses sekuat keluarga Utsman di Mekkah.

Ketiga : Umar menyadari sepenuhnya, bahwa kepalanya saat ini sangat berharga dalam pandangan orang-orang Quraiys.  Umar masuk dalam kategori ‘most wanted’ bagi keluarga veteran Badr dari pihak pasukan Quraisy. Betapa tidak ? Ingatan pasukan Quraiys pasti tidak akan pernah lupa, bagaimana pedang Umar telah banyak menyambar kepala pemuka-pemuka mereka di medan Badar. Pedang Umar telah banyak menumpahkan darah yang begitu murah saat itu. Inilah yang menjadikan gigi mereka selalu bergemeretak penuh dendam saat mendengar nama Umar. Umar tahu persis akan hal ini, karenanya ia mundur sejenak bukan karena penakut. Tapi ia begitu cerdas tahu kapan saatnya maju dan mundur, dan tetap dalam keberanian yang kokoh.  Umar bin Khotob juga cerdas saat merekomendasikan nama Utsman, karena Umar tahu bahwa profil Utsman relatif netral di mata Qurays. Mereka belum menyimpan amarah dan dendam yang begitu besar, karena Utsman bian Affan tidak pernah terlibat dalam pertempuran Badar. Utsman tidak ikut mengayunkan pedang bersama kaum muslimin lainnya di medan Badr, atas perintah Rasulullah SAW untuk fokus pada perawatan istrinya yang sedang terbaring sakit parah di Madinah.

Inilah kecerdasan Umar dalam mengelola keberanian. Tahu kapan saatnya tampil meruntuhkan kesombongan lawan, dan paham kapan ia harus mundur sejenak menyimpan keberanian untuk tidak ditampilkan.

Setiap kita mempunyai potensi keberanian. Setiap hari keberanian kita akan ditantang dengan berbagai permasalahan. Keberanian kita akan senantiasa diuji dengan permasalahan yang kita hadapi dalam kehidupan ini. Akan ada berbagai pilihan untuk membuat keputusan-keputusan besar yang senantiasa menggoda bagi kita untuk menjawabnya saat ini juga, apakah dengan menampilkan keberanian begitu saja apa adanya, ataukah menyimpannya sejenak dengan penuh kecerdasan dan strategi sebagaimana Umar bin Khottob mencontohkan ?

Semua pasti akan mengalami saat-saat semacam ini. Para penentu kebijakan selalu saja dalam posisi yang gamang ; Apakah menunjukkan keberanian untuk memuaskan harapan para pendukungnya ? Agar keberanian itu tetap terjaga citranya di hadapan teman, keluarga atau bawahannya. Ataukah memilih mengelola keberanian itu dengan cerdas, menyimpannya sejenak, sehingga seolah terlihat tak ada keputusan yang berani, tetapi sejatinya yang ada adalah langkah jitu yang akan membuahkan kemenangan telak dan sekaligus membungkam lawan!. Akhirnya,  selamat mengelola keberanian Anda dengan cerdas. Semoga bermanfaat !
Senin, 21 Desember 2009
Posted by Hatta Syamsuddin

Belajar Sukses dari Abdurrahman bin Auf

Setiap kali kita mendengar presentasi sebuah produk MLM, atau mengikuti training kewirausahaan, kita pasti akan mendengar bumbu-bumbu motivasi yang dasyhat yang terkadang belum pernah terpikirkan sebelumnya, misalnya ; penghasilan ratusan juta sebulan, kekayaan melimpah, bahkan lebih dari itu ! Wah ..wah ..j ujur saja, harta segitu-segitu itu bagi saya pribadi masih jauh tak terukur. Membayangkan pun jarang-jarang. Bayangkan kalau pendapatan Anda 100 juta lebih perbulan, kira-kira apakah Anda aman berjalan sendirian ? makan warung di pinggir jalan ? atau sekedar baca-baca di Gramedia ?

Nah tadinya saya pikir harta segitu cuma buat mereka yang 24-jamnya buat urusan dunia, atau setidaknya membangun kerajaan bisnisnya dari usia muda hingga mau meninggal baru bisa menuai hasilnya. Atau setidaknya saya pernah berpikir bahwa harta sebesar itu tidak akan mungkin mampir pada seorang aktifis dakwah atau ustadz yang sebagian waktunya untuk mengurusi umat. Tapi ternyata kemudian saya berubah pikiran. Masih ada harapan untuk menjadi kaya, dan ternyata kaya itu biasa. Setidaknya setelah saya membaca kisah Abdurrahman bin Auf ; sahabat mulia yang dijanjikan surga, sekaligus pedagang kaya raya yang membangun kerajaan bisnisnya, kurang dari sepuluh tahun paska hijrah.

Sosok Abdurrahman bin auf memang menjadi ikon tersendiri tentang kekayaan jaman sahabat. Dan kekayaan beliau bukan isapan jempol belaka. Pernah suatu ketika iring-iringan barang dagangnya yang mencapai 700 unta, sampai menggegerkan warga Madinah karena suara ribut yang dihasilkannya. Tapi sesungguhnya bukan itu saja, masih banyak lagi aset beliau yang sangat banyak, bahkan konglomerat jaman ini pun tak bisa menyainginya.


Jangan Cuma percaya aja kalau beliau sahabat yang kaya raya, tapi mari kita lihat coba menganalisa perkiraan total kekayaan beliau, dari beberapa riwayat tentang sejarah hidupnya dalam Kitab Asadul Ghoba. Semua untuk menambah keyakinan, bahwa sejarah orang Islam juga diwarnai sejarah orang-orang kaya !

Cara Pertama : Menghitung Infak beliau ketika masih Hidup dan Peninggalannya

INFAK BELIAU SEMASA HIDUP (yang terdokumentasikan)
1)Sedekah pertama 4.000 dinar (Rp 4,250,000,000)
2) Sedekah kedua 40.000 dinar (Rp 42,500,000,000 )
3) Sedekah ketiga 40.000 dinar (Rp 42,500,000,000)
4) Sedekah berupa Unta fisabilillah sebanyak 1.000 ekor (Rp 10,000,000,000 )
5) Tanah untuk Istri2 Rasulullah 40.000 dinar (42,500,000,000 )
Sehingga total perkiraan Infak Beliau saat masih Hidup Rp 141,750,000,000

HARTA BELIAU SAAT MENINGGAL
1) Berwasiat untuk fii sabilillah 50.000 dinar (Rp 53,125,000,000)
2) Berwasiat untuk para veteran Badr 40.000 dinar (Rp 42,500,000,000)
3) Berwasiat unta fii sabilillah 1.000 ekor (Rp 10,000,000,000 )
4) Hewan Ternak – unta 1.000 ekor (Rp 10,000,000,000 )
5) Kuda 100 ekor (Rp 1,000,000,000 )
6) Kambing 1.300 ekor (1,300,000,000 )
7) Ganti Hak waris untuk 4 istrinya 320.000 dinar (Rp 340,000,000,000)

Perkiraan Harta Tinggalan Beliau Rp 457,925,000,000
TOTAL PERKIRAAN ASET MINIMAL Rp 599,675,000,000 ( Rp 600 Milyar )

Cara Kedua : Menghitung Ganti Waris untuk keempat Istrinya

Diriwayatkan bahwa keempat istri Abdurrahman bin Auf mendapatkan ganti hak waris sebesar 80.000 dinar ( Rp 85 milyar) peristri, sehingga total ganti waris untuk keempat istrinya adalah Rp 340 Milyar. Nah, sesuai dengan hukum waris ( melalui pendekatan perkiraan ) bahwa jatah waris istri-istri adalah seperdelapan dari total warisan. Itu berarti angka Rp 340 M baru seperdelapan kekayaan total beliau. Sehingga asumsi minimalnya, kekayaan warisan beliau totalnya adalah Rp 340 M x 8 = Rp 2,72 Trilyun.

Nah ! Baru tahu kan seberapa besar kekayaan Abdurrahman bin Auf ? Tapi sekali lagi, paparan di atas itu baru perkiraan MINIMAL , ada beberapa aset yang tidak bisa kami analisa karena tidak jelas berapa nilainya. Seperti : Diriwayatkan bahwa ketika beliau meninggal, masih ada peninggalan beliau yang berupa LOGAM EMAS YANG SANGAT BESAR ! Bahkan mereka yang mencoba memotongnya dengan kapak pun tangannya menjadi pegal bengkak-bengkak !
Bayangin aja sobat, segedhe apa tuh emas warisan Abdurrahman bin Auf.

Jadi kalau kita perkirakan sesuai analisa di atas, bahwa harta beliau berkisar antara Rp 600 Milyar hingga Rp 2,7 Trilyun, itu belum termasuk bongkahan emasnya ! Bayangin pula, mana ada di dunia ini yang ketika meninggal bagi-bagi harta sampai sebesar itu ? Bahkan empat istri tercintanyapun langsung dapat ganti waris secara cash masing-masing 85 milyar !

Bukan itu saja, yang lebih membuat kita kagum bahwa beliau itu jelas tercatat mendapat jatah SURGA AWARD, yaitu nama beliau termasuk dalam sepuluh sahabat yang dijanjikan masuk surga oleh Rasulullah SAW ! Subhanallah, persis jargon anak muda zaman ini ; tua kaya raya dan mati masuk surga !
Nah berani kaya ? harus berani mencontoh Abdurrahman bin Auf ; luar dalam..
Posted by Hatta Syamsuddin

Selamat Datang - Tentang Kami

Blog sederhana ini kami buat untuk mengajak siapa saja yang tertarik untuk belajar dan berbagi inspirasi dan motivasi seputar SIROH NABAWIYAH. Bersama mencoba menguak kedalaman telaga SIROH NABAWIYAH untuk menginspirasi kita dalam beraktifitas di segala bidang. Semoga berkah dan manfaat.

SIROH CENTER adalah sebuah cita-cita dan idealisme seorang Hatta Syamsuddin, untuk lebih memasyarakatkan sejarah Nabi di tengah masyarakat muslim Indonesia. Selain untuk lebih dekat kepada Nabi dan mencontoh sifat-sifatnya,  juga agar bisa menyerap segenap INSPIRASI , MOTIVASI dan PELAJARAN yang begitu banyak tersebar dalam setiap detik episode kehidupan Nabi. Mari bersama mewujudkannya ....

Biodata Admin Blog ( Direktur SIROH CENTER)

CURRICULUM VITAE

Hatta Syamsuddin
Jl. Sungai Langkat no 11 RT 02 RW 11
Kel. Sangkrah Pasar Kliwon Solo – Jawa Tengah
(+62) 81329078646 / ibnu_kamal@yahoo.com


PERSONAL INFORMATION

Date of Birth : April 19th , 1981
Place of Birth : Kudus, Central Jawa
Citizenship : Indonesian
Gender : Male
Marital Status : Married
Spouse's Name : Robi'ah al-Adawiyah
Children :
1. Kuni Maura Ahna (December 2nd, 2004 )
2. Salma Haniyya ( October 15th, 2007 )

WORK EXPERIENCE

  • Aug 1999 - Dec 2000 : Volunteer Teacher at Al-Maghfiroh Quranic Kindergarden, Pondok Ranji, Jakarta Selatan
  • Dec 2000- Dec 2001 : Staff of Mentor Division , Iqro Club, Jakarta Selatan
  • March 2003- 2004 : Financial Manager at SYAMIL Internet Cafe , Khartoum, Sudan
  • Jan 2003 & Dec 2005 : Personal Guide for Indonesian Pilgrim in Mekkah, Kingdom of Saudi Arabia
  • March 2005-Dec 2005 : Teaching Assistant in Setia Budi University, Surakarta , Subject of Islamic Studies
  • Dec 2006 – present : Lecturer at Ar-royan Islamic Student Boarding School, Subject of Islamic History and Quranic Studies
  • March 2007 – present : Sharia consultant at SEJAHTERA Joint venture cooperative (KUBE Sejahtera) , Solo – Central Java
  • March 2008 - present : Lecturer at Abu BAkar Arabic & Islamic Studies Institute, SOlo - Central Java
  • March 2009 - present : Lecturer at Swastamandiri HighSchool for Islamic Economy, SOlo- Central Java

EDUCATION


  • July 1996 – July 1999 : 1st State Upper Secondary School , Kudus Central Java Science Departement (graduated)
  • Aug 1999 – July 2000 : State High School of Accounting ( STAN), Jakarta. State Treasury Departement, Jakarta ( Resigned )
  • Aug 2000 – Dec 2001 : Institute of Arabic & Islamic Studies, Jakarta. Branch of El-Imam Muhammad Ibnu Suud University in Riyadh, KSA. Preparations Language Program ( resigned)
  • Jan 2002 – Oct 2006 : International University of Africa, Khartoum-Sudan. Faculty of Sharia & Islamic Studies, Sharia & Law Departement ( graduated) . Thesis : Abrogation of Punishment in Criminal Law : Comparative Studies between Islamic Law and Conventional Law
  • March 2008-present : Student of Muhammadiyah Surakarta University, Postgraduate Programs, Departement of Islamic Thinking

COURSE & TRAININGS


  • August 1997 : Student Leadership Basic Training in Kudus, Central Java organized by OSIS SMU 1 Kudus
  • Jan – Dec 2000 : Intensive Arabic Course, organized by Al-Manar Center of Islamic Studies, West Jakarta
  • April – July 2001 : Intensive Basic Computer Course, organized by Bina Sarana Informatika, Pondok Labu, South Jakarta
  • March 2001 : Moslem Student Basic Leadership Training, organized by The Unity of Moslem Student Action (KAMMI) , Jakarta
  • Mei – August 2006 : Intensive English Course, organized By HAMASA English Course, Khartoum Sudan
  • April 2008 : Training For Spiritual Trainers held by TRISTCO, Jakarta

ORGANIZATION EXPERIENCE

  • Sept 1997- Sept 1999 : Vice Chairman of Intra-School Student Organization ( OSIS), State Secondary High School , Kudus-Central Java
  • March 02 – Feb 2003 : Head of Information & Library Division, Indonesian Students Union in Sudan
  • March 03 – March 04 : General Secretary of Indonesian Students Union in Sudan
  • Sept 02 – Sept 2004 : Head of Human Resources Development and Research Division, Indonesian Moslem Intelegentsia Organization ( ICMI), Khartoum Branch , Sudan
  • June 04 – June 2005 : Editor in Chief at KHAZANAH : Annual Arabic and Islamic Studies Journal, Khartoum Sudan
  • Sept 04 – Sept 2006 : Director of Center of Islamic World Studies, Indonesian Moslem Intelegentsia Organization (ICMI), Khartoum Branch, Sudan
  • March 06 – Nov 2006 : Chairman of Indonesian Students Representative Council, Khartoum Sudan
OTHER ACHIEVEMENTS

  • Oct 1998 : The Second Winner at Student Performance Competition , for Secondary High school degree , carried out at Kudus Regency Level.
  • Oct 1999 : The Finalist in Student Speech Contest, organized by Languange Center , Departement of Education and Culture, Jakarta (1999)
  • August 2003 : First Winner in Islamic Short Story Contest, organized by Forum Lingkar Pena (FLP) Sudan Branch collaboration with Dharma Wanita of Indonesian Embassy in Sudan.
  • 2002 – 2004 : Participated as play director in several theatrical show organized by Indonesian Students Union collaboration with Indonesian Embassy in Sudan.
  • 2002 - present : Participated as one of the comitteman at various training and seminar held in Sudan and Indonesia.
  • August 2007 : Third Winner ini Writing Letter Contest with a theme : Love for My Wife , organized by SAMARA Family Center ,Solo Central Java
  • Jan 2005 – present : Appointed as a speaker in many seminars, trainings, and talks with various theme : ( Islamic Law, Islamic Rituals, Islamic Character Building, Spiritual Motivation,etc ) and made about one hundred and fifty (150) hours talk sessions for six months ( from Juni until Desember 2007)

PERSONAL INTERESTS
  • Reading ( Islamic Economy and Banking, History, Biography, Human development)
  • Sports (jogging, gymnastic and swim )
  • Blogging ?
PUBLICATIONS

Books
  • Agar Ngampus Tak Sekedar Status, Students Guide , Indiva 2008
  • Inspiring Romance , An Islamic Romantic Guide from Prophet Household. Indiva Media Kreasi Publishing, Solo, Sept 2007 . Number of pages : 304
  • Canda Tawa Ikhwan, The Funny stories and Anecdots of Islamic Activist. FBA Publishing, Jakarta, 2005. Number of pages : 112
Articles
  • " Prospek Perbankan Syariah di Indonesia " Antara Peluang dan Tantangan " (Future Chances of The Islamic Bank in Indonesia : Between Opportunity and Challenge), El-Nilein Magazine, 2006
  • " Sudan, Pendidikan Tinggi dan Mahasiswa Indonesia – Selayang Pandang ", ( Sudan, Higher Education and Indonesian Students - Short Review ) , Khazanah Annual Arabic and Islamic Studies Journal, 2005
PROFESSIONAL MEMBERSHIP

  • FLP ( Forum Lingkar Pena ) , The Youth writer development organization in Indonesia
  • WAMY ( World Assembly of Moslem Youth ) Indonesian Office
Posted by Hatta Syamsuddin

Popular Post

Followers

- Copyright © 2013 SIROH CENTER -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -